
Industri tekstil dan alas kaki Indonesia terus menunjukkan performa yang mengesankan di pasar internasional. Dengan kualitas produk yang semakin diakui, ekspor sektor ini menjadi salah satu pilar penting perekonomian nasional, khususnya untuk eksportir dan calon eksportir yang ingin memperluas jangkauannya ke pasar global.
Data Nilai Ekspor dan Negara Tujuan Utama
Pada kuartal I tahun 2025, nilai ekspor tekstil dan alas kaki Indonesia ke Amerika Serikat mencapai USD 1,855 miliar. Rinciannya meliputi alas kaki (HS 64) sebesar USD 657,9 juta, pakaian rajutan (HS 61) sebesar USD 629,2 juta, dan pakaian bukan rajutan (HS 62) sebesar USD 568,4 juta. Amerika Serikat menjadi pasar utama dengan kontribusi 63,4% untuk pakaian rajutan, 42,9% untuk pakaian bukan rajutan, dan 34,1% untuk alas kaki.
Selain Amerika Serikat, negara-negara tujuan ekspor tekstil dan alas kaki Indonesia lainnya mencakup Jepang, Korea Selatan, Belanda, Belgia, Cina, Jerman, Inggris, Meksiko, Australia, dan Uni Emirat Arab. Misalnya, ekspor ke Jepang pada 2021 tercatat sebesar USD 534,6 juta, sementara ke Jerman mencapai USD 324,9 juta.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (2024) juga menunjukkan bahwa Amerika Serikat, Belgia, dan Cina mendominasi volume permintaan tekstil Indonesia, dengan total ekspor masing-masing mencapai 62,2 ribu ton, 23,7 ribu ton, dan 19 ribu ton.
Sentra Produksi Tekstil dan Alas Kaki di Indonesia
Produksi tekstil dan alas kaki Indonesia terpusat di beberapa wilayah strategis seperti Bandung, Cimahi (Jawa Barat), Semarang, Solo (Jawa Tengah), serta Tangerang (Banten). Wilayah-wilayah ini tidak hanya memiliki infrastruktur pendukung yang kuat, tetapi juga tenaga kerja yang terampil, menjadikannya pusat manufaktur andalan untuk kebutuhan ekspor.
Jenis Produk yang Banyak Diekspor
Produk tekstil yang sering diekspor meliputi pakaian jadi berbahan rajutan dan bukan rajutan, kain berkualitas tinggi, serta berbagai jenis fashion apparel. Sementara pada sektor alas kaki, produk yang dominan adalah sepatu olahraga, sepatu kulit, hingga sandal kasual, yang memenuhi kebutuhan berbagai segmen pasar global.
Mengapa Permintaan Terus Meningkat?
Ada beberapa alasan mengapa produk tekstil dan alas kaki Indonesia terus diminati:
- Kualitas Teruji: Produk Indonesia terkenal dengan kualitas tinggi namun harga kompetitif.
- Ketahanan Industri: Bahkan di tengah tekanan resesi dan inflasi global, permintaan terhadap tekstil Indonesia tetap stabil, membuktikan daya saingnya di pasar dunia.
- Adaptasi Tren: Produsen Indonesia cepat beradaptasi dengan perubahan preferensi konsumen global.
- Dukungan Pemerintah: Insentif ekspor dan perjanjian dagang membantu memperluas pasar.
Fakta bahwa neraca perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia mencatat surplus 3,34% atau setara US$3,71 miliar di tahun 2022 menjadi bukti konkret kekuatan sektor ini.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meskipun peluang besar terbuka, industri ini tidak lepas dari tantangan, seperti:
- Persaingan ketat dari negara seperti Cina dan India.
- Perubahan regulasi perdagangan internasional.
- Kebutuhan infrastruktur logistik yang lebih kuat.
- Perubahan tren pasar yang menuntut inovasi produk secara cepat.
Dampak Tarif Impor AS terhadap Ekspor Alas Kaki Indonesia
Pada April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor sebesar 32% untuk seluruh produk dari Indonesia, tak terkecuali alas kaki. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi “Liberation Day” yang bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS dan melindungi industri domestik.
Tarif ini berpotensi meningkatkan harga produk alas kaki Indonesia di pasar AS, menjadikannya kurang kompetitif dibandingkan produk dari negara lain yan tarifnya lebih rendah seperti Malaysia dan Singapura. Mengingat Amerika Serikat merupakan pasar utama bagi ekspor alas kaki Indonesia, kebijakan ini dapat berdampak signifikan terhadap volume ekspor dan pendapatan industri.
Sebagai respons, pemerintah Indonesia memilih pendekatan diplomatik dengan tidak melakukan tindakan balasan, melainkan bernegosiasi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Langkah-langkah yang diambil meliputi:
- Pengurangan tarif impor untuk produk AS seperti baja, produk pertambangan, dan peralatan kesehatan.
- Peningkatan impor produk energi dan pertanian dari AS, termasuk gas alam cair dan kedelai.
- Reformasi regulasi untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan daya saing.
Meskipun tarif tersebut saat ini ditangguhkan selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi, ketidakpastian tetap ada. Pemerintah dan pelaku industri perlu memanfaatkan waktu ini untuk memperkuat strategi ekspor dan mencari pasar alternatif guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Dengan kualitas yang diakui dunia, permintaan stabil, dan dukungan infrastruktur yang terus diperkuat, industri tekstil dan alas kaki Indonesia siap mencetak peluang ekspor lebih besar. Namun, tantangan global seperti kebijakan tarif impor menuntut adaptasi dan strategi yang tepat. Bagi eksportir dan calon eksportir, inilah saatnya memperkuat strategi, memperluas pasar, dan berkontribusi lebih besar pada pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor yang penuh potensi ini.